Sabtu, 25 September 2010

Kalung Mutiara Ryza

 Setelah membaca cerpen ini, saya mendapatkan pelajaran yang sangat berharga meskipun cerpen ini sangat sederhana.

Ini kisah tentang Ryza, gadis kecil berusia lima tahun yang selalu ceria dan riang gembira. Suatu ketika, saat Ryza libur sekolah, Ryza menemani Ibunya berbelanja di sebuah supermarket. Ketika menunggu giliran membayar, Ryza melihat sebentuk kalung mutiara mungil putih berkilauan, tergantung dalam kotak berwarna pink yang sangat cantik. Kalung itu nampak begitu indah, sehinggak Ryza sangat tertarik untuk menghiasi lehernya dengan kalung mutiara putih itu.

Tapi, dia tahu, pasti Ibunya akan keberatan. Seperti biasanya, sebelum berangkat ke supermarket dia sudah berjanji tidak akan meminta apapun selain yang sudah disetujui untuk dibeli dan tadi Ibunya sudah menyetujui untuk membelikannya kaos kaki berenda pink yang cantik.

Namun karena kalung itu sangat menarik di mata Ryza, Ryza bergegas mengambil kalung itu dan memberanikan diri bertanya kepada Ibunya, "Ibu, boleh tidak Ryza memiliki kalung ini? Ibu boleh kembalikan kaos kaki yang tadi." Sang Bunda segera mengambil kotak kalung dari tangan Ryza. Dibaliknya tertera harga lima belas ribu rupiah. Dilihatnya mata Ryza yang memandang dengan penuh harap dan cemas.

Sebenarnya, Ibunya bisa saja langsung membelikan kalung itu, namun ia tak mau bersikap tidak konsisten, "Baik Ryza, kamu boleh memiliki kalung ini. Tapi kembalikan kaos kaki yang kau pilih tadi. Dan karena harga kalung ini lebih mahal dari kaos kaki itu, Ibu akan potong uang tabunganmu untuk minggu depan. Setuju?"

Ryza mengangguk lega, "Terimakasih, Bu." Ryza berlari riang mengembalikan kaos kaki ke raknya. 

Ryza sangat menyukai dan menyayangi kalung mutiaranya. Menurutnya, kalung itu membuatnya nampak cantik dan dewasa. Dia merasa secantik Ibunya. Kalung itu tak pernah lepas dari lehernya, bahkan ketika tidur. Kalung itu hanya dilepasnya jika dia mandi atau berenang. Sebab, kata ibunya, jika basah, kalung itu akan rusak, dan membuat lehernya menjadi hijau.

Setiap malam sebelum tidur, Ayah Ryza akan membacakan cerita pengantar tidur. Pada suatu malam, ketika selesai membacakan sebuah cerita, Ayah bertanya, "Ryza, Ryza sayang nggak sama Ayah?"

"Tentu dong, Ayah pasti tahu kalau Ryza sayang Ayah!"

"Kalau begitu, berikan kepada Ayah kalung mutiaramu."

"Yah, jangan dong Ayah! Ayah boleh ambil si Ratu boneka kuda dari nenek! Itu kesayanganku juga."

"Ya sudah, nggak apa-apa sayang!" Ayah mencium dahi Ryza sebelum keluar dari kamar Ryza.

Kira-kira seminggu berikutnya, setelah selesai membacakan cerita, Ayah bertanya lagi.
"Ryza, Ryza sayang nggak sih, sama Ayah?"

"Ayah, Ayah tahu kan kalau Ryza sayaaang sekali pada Ayah?"

"Kalau begitu, berikan pada Ayah kalung mutiaramu."

"Jangan Ayah, tapi kalau Ayah mau, Ayah boleh ambil boneka Barbie ini." Kata Ryza seraya menyerahkan boneka Barbie yang selalu menemaninya bermain.

Beberapa malam kemudian, ketika Ayah masuk ke kamarnya, Ryza sedang duduk di atas tempat tidurnya. Ketika didekati, Ryza rupanya sedang menangis diam-diam. Kedua tangannya tergenggam di atas pangkuan. Dari matanya, mengalir bulir-bulir air mata yang membasahi pipinya.

"Ada apa Ryza, kenapa Ryza?"

Tanpa berucap sepatah kata pun, Ryza membuka tangannya. Di dalamnya melingkar cantik kalung mutiara kesayangannya. "Kalau Ayah mau, ambillah kalung Ryza."

Ayah tersenyum mengerti, diambilnya kalung itu dari tangan mungil Ryza. Kalung itu dimasukkan ke dalam kantong celana. Dan dari kantong yang satunya, dikeluarkan sebentuk kalung mutiara putih. Sama cantiknya dengan kalung yang sangat disayangi Ryza.

"Ryza, ini untuk Ryza. Sama bukan? Memang begitu nampaknya, tapi kalung ini tidak akan membuat lehermu menjadi hijau."

Ternyata Ayah memberikan kalung mutiara asli untuk menggantikan kalung mutiara imitasi Ryza.

Demikian pula halnya dengan Allah SWT. Terkadang Dia meminta sesuatu dari kita, karena Dia berkenan untuk menggantikannya dengan yang lebih baik. Namun, kadang-kadang kita seperti atau bahkan lebih naif dari Ryza yang menggenggam erat sesuatu yang dianggap amat berharga, dan oleh karenanya tidak ikhlas bila harus kehilangan.

1 komentar: